October 28, 2010


BANGUN KARAKTER PEMUDA 
DEMI BANGSA INDONESIA YANG MAJU DAN BERMARTABAT

Membangun karakter bangsa dan pemuda sebenarnya adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti. Sebab karakter itu dinamis selalu mengikuti perkembangan bangsa dari satu masa ke masa. Jika tidak terus dilakukan pembangunan karakter (aktualisasi karakter), maka jati diri suatu bangsa akan menghilang secara perlahan dan bukan tidak mungkin, bangsa itu tidak punya karakter lagi.

Karakter individu adalah watak, tabiat, akhlak / kepribadian seseorang yang terbentuk akibat interaksi sehari-hari dalam kelompok masyarakat yang melaksanakan kebajikan tertentu berdasarkan adat-istiadat setempat atau kearifan lokal yang diyakininya. Secara umum kearifan lokal mengandung sejumlah nilai, moral, dan norma seperti religius, jujur, berani bertindak atas kebenaran, dan bertanggungjawab.

Karakter bangsa Indonesia adalah kebajikan yang dibangun atas nilai-nilai Pancasila seperti kejujuran, semangat kebersamaan gotong royong; kepedulian sesama, sopan santun, persatuan dan kesatuan. Moral dan budaya ketimuran selama ini dianggap cermin bangsa ini. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, membangun karakter bangsa sudah dimulai sejak masa perjuangan, pendahulu-pendahulu kita, guru-guru bangsa kita seperti R.A. Kartini, Ki Hadjar Dewantoro, ataupun Mohammad Natsir melakukan pembangunan karakter bangsa berdasar kondisi masa itu.

Semangat Sumpah Pemuda tentu perlu diaktualisasikan agar tetap relevan di tengah perubahan zaman. Eksistensi bangsa ini ditentukan dari seberapa jauh kita mampu berdiri sama tegak dengan negara-negara lain dalam dinamika kehidupan internasional. Globalisasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban merupakan fenomena yang tidak bisa ditolak kehadirannya. Oleh karenanya eksistensi bangsa ini dimasa depan sangat ditentukan oleh seberapa jauh bangsa ini mampu berdiri sama tegak dengan negara-negara lain dalam dinamika kehidupan internasional.

Kita sepakat bahwa negeri dan bangsa ini sedang menghadapi masalah, kita sepakat pemerintah perlu dikoreksi dengan menyuarakan aspirasi, kita sepakat bahwa generasi muda adalah agent of change, agen perubahan yang perlu menyuarakan aspirasi rakyat, kita sepakat perlu menyuarakan aspirasi sebagai bentuk kontrol terhadap pemerintahan untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Namun kita belum tentu sepakat dengan cara penyampaian aspirasi seperti apakah yang ideal dan pantas menurut kita. Beberapa organisasi pemuda sudah terlalu jauh berada di puncak menara gading sehingga keberpihakannya lebih mengarah pada kepentingan elit dari pada kepentingan rakyat.

Demonstrasi yang seharusnya sebagai sarana penyampaian aspirasi justru disalahgunakan sebagai alat untuk menghujat, menghina, dan membunuh karakter pribadi. Hakikat aksi demonstrasi telah melenceng dari prinsip demokrasi yang selama ini selalu dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Demonstrasi sudah tidak bermoral dan berbudaya ketimuran. Padahal moral dan budaya ketimuran selama ini dianggap cermin bangsa ini.

Belakangan ini, unjuk rasa sering berlangsung di luar batas kewajaran bahkan kebablasan karena berujung tindakan anarkis demonstran menghancurkan sarana dan prasarana publik. Anarkis tidak perlu menjadi tools menggapai tujuan. Sebagai generasi muda, harus kuat, tegas, sehat, berilmu, disiplin dan santun sehingga terjamin suatu negara. Kekuatan dengan pendekatan keilmuwan justru menjadi solusi strategis mengatasi berbagai persoalan, ditambah pendekatan religi yang diwujudkan dalam norma hukum dan budaya.

Mahasiswa bisa melakukan penyampaian aspirasi dengan cara elegan. Demo anarkis tidak menjadi menarik karena demokrasi tidak memaksakan sesuatu dengan cara yang berlebihan. Unjuk rasa yang berujung kematian paradoks dengan demokrasi. Untuk itu negara jangan dikawal dengan cara-cara anarkis, karena hal tersebut menisbikan ilmu pengetahuan yang dimiliki mahasiswa.